Siapa Teman Akrabmu, Itulah Dirimu
Oleh : Mushin Suny M.
Dalam sebuah ayat Allah Ta’ala berfirman:
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلٰى يَدَيْهِ يَقُوْلُ يٰلَيْتَنِى اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُوْلِ سَبِيْلًا (٢٧) يٰوَيْلَتٰى لَيْتَنِيْ لَمْ اَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيْلًا (٢٨) لَقَدْ اَضَلَّنِيْ عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ اِذْ جَاۤءَنِيْۗ وَكَانَ الشَّيْطٰنُ لِلْاِنْسَانِ خَذُوْلًا (٢٩)
“Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang dzalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasûl. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari al-Qur’an ketika al-Qur’an itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia.” (QS. Al-Furqan [25]:27-29).
Dalam sebuah kesempatan, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda:
المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل
“Seseorang itu menurut agama teman dekatnya, maka hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927).
Riwayat yang lain dijelaskan: dari Abu Musa Al-Asy’ariy radhiyallâhu ‘anhu berkata, Rasûlullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة
“Permisalan teman duduk yang shalih dan buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Adapun penjual minyak wangi, bisa jadi ia akan memberimu minyak wangi, atau kamu akan membeli darinya atau kamu akan mendapat bau harum darinya. Adapun tukang pandai besi, bisa jadi ia akan membuat pakaianmu terbakar, atau kamu akan mendapat bau yang tidak sedap darinya.” (HR. Al-Bukhari No. 2101, Muslim No. 2628).
Jika kita baca ayat dan hadits di atas maka sudah jelas bahwa kita dilarang berteman akrab dengan sembarang orang, jika kita tidak mau menyesal kelak di Hari Akhir. Seorang teman pasti akan mempengaruhi perangai temannya. Jika kita berteman akrab dengan orang buruk, maka lambat laun kita pun akan ikut terjerumus dalam perangai buruk pula. Sebaliknya jika kita berteman dengan teman yang shalih atau shalihah maka in sya’ Allâh kita akan selamat, baik di dunia maupun di akherat.
Teman yang shalih atau shalihah akan senantiasa menjaga temannya agar tidak terjerumus dalam perbuatan dosa dan maksiat. la akan peduli dan tidak rela jika temannya menyimpang. Maka bersyukurlah jika kita memiliki teman yang rela mengingatkan kesalahan kita. Bukan teman yang diam ketika kita melakukan keburukan. Teman yang baik akan selalu mengkoreksi kesalahan kita, karena itu tanda sayang dia kepada kita.
Dan untuk menilai seseorang atau -dengan cara melihat siapa saja teman menyelidiki hakikatnya, kita akan dengan mudah mendeteksi siapa dia, yaitu temannya. Karena seseorang biasanya berteman dengan orang yang cocok (bahasa gaulnya, “yang klik”), baik perangai, kebiasaan, hoby, dan lain-lain. Singkatnya, teman merepresentasikan siapa yang ada di sekelilingnya.
Teman se-aqidah
Sudah sepantasnya selaku seorang muslim kita mencari teman akrab yang se-aqidah dengan kita. Kita boleh berteman dengan siapa pun, bahkan dengan orang beragama lain. Namun khusus teman akrab kita harus betul-betul memilih dengan cermat dan teliti. Jangan sampai kita salah dalam memilih teman akrab sehingga kita akan menggigit kedua tangan kita di akherat kelak akibat penyesalan tiada akhir.
Penting untuk memilih teman akrab agar kita sukses di akherat. Namun kita juga harus berteman dengan orang lain; dengan mereka yang barangkali masih awam dalam beragama, mereka yang masih bergelimang dengan kesibukan duniawai saja, bahkan dengan mereka yang berbeda agama sekalipun. Untuk apa? Untuk apalagi kalau tidak untuk berdakwah.
Jika kita memilih-milih teman hanya yang baik-baik saja, lalu siapa yang akan berdakwah kepada mereka yang jelek? Jika kita hanya berteman dengan aktivis masjid, lalu siapa yang akan berdakwah kepada aktivis pasar? Betul kita harus menjaga diri dari racun dosa ataupun maksiat orang lain, namun menghindar dari pergaulan di masyarakat bukanlah tipe muslim yang baik.
Muslim yang baik, selain tetap men-charge diri agar tetap istiqomah, namun juga tidak meninggalkan kehidupan masyarakat. Selain rajin pergi ke masjid dan pengajian, kita juga harus sesekali pergi ke pasar, ikut perkumpulan rt, datang ke pernikahan teman (meskipun belum syar’i), ikut kerja bakti lingkungan, dan seterusnya. Agar kita tidak menjadi manusia yang asing di masyarakat.
Padahal sejujurnya mengisi kajian di masjid atau tempat kajian adalah memperbaiki orang yang sebenarnya sudah baik. Bukankah hanya orang-orang yang baik saja yang mau datang ke pengajian? Jadi, sesungguhnya yang lebih membutuhkan sentuhan tangan kita adalah mereka yang belum mau datang ke pengajian. Ibarat kita memancing di lautan luas lalu ikannya kita masukkan ke dalam kolam. Kalau kita hanya berkutat dengan ikan di kolam, siapa yang akan merawat dan memperbaiki ikan-ikan di lautan luas?
Kita menjadi asing di masyarakat karena tidak pernah bergaul dengan masyarakat sekitar. Bagaimana kita akan berdakwah kepada mereka jika kita tidak pernah berkumpul dengan mereka? Baiklah, mungkin kita punya jadual padat mengisi kajian ini dan itu di berbagai masjid dan tempat kajian. Tapi di saat yang lain kita lupa bahwa banyak saudara kita yang juga butuh pencerahan dari kita.
Intinya, seorang muslim harus ada dimana-mana (bersosialisasi), tetapi ia tidak kemana-mana (tidak larut). la memberi kebaikan kepada siapa pun, tetapi ia tetap istiqomah beribadah. Dalam bahasa padatnya, seorang muslim itu harus shâlih dan juga mushlih. Shâlih untuk dirinya sendiri dan mushlih untuk orang-orang di sekitarnya.
la mewarnai teman-temannya dengan sinar kebaikan, tetapi ia tidak terwarnai kejelekan teman. Maka di sini teman akrab mendapatkan porsi yang penting agar kita tetap terjaga. Semoga teman akrab kita di dunia ini adalah teman yang akan membawa kita ke surga-Nya kelak.
Aamiin … @muhsinsunym
Sumber : Majalah Sinaran Edisi 50