
Kemerdekaan Semu
Oleh: Muhsin Suny M.
Memang dalam fakta sejarah negara kita sudah memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun ternyata kemerdekaan itu hanyalah kemerdekaan simbolis atau administratif saja. Secara tersirat negara kita belum sepenuhnya merdeka. Memang fisik kita tidak lagi dijajah sebagaimana rakyat Palestina yang sampai saat ini masih dijajah oleh Israel.
Memang saat ini fisik kita tidak lagi disiksa, tetapi bahwa kita tidak merdeka ekonomi dan politik bukanlah sesuatu yang omong kosong. Politik dan ekonomi kita masih dijajah oleh asing. Kita sebagai bangsa belum menjadi tuan di negeri sendiri. Kita belum mengatur negeri ini sesuai dengan keinginan bangsa sendiri (rakyat). Banyak kekayaan alam kita, kita biarkan dikeruk oleh bangsa lain. Kita hanya mendapat bagian sisanya. Kita tidak berusaha bagaimana mengelola kekayaan alam sendiri untuk dinikmati sebanyak-banyaknya oleh kita sendiri, selama bertahun-tahun.
Bahwa secara ekonomi kita masih dijajah juga diakui oleh pengusaha sukses Bob Sadino. Ada tulisan bagus yang konon katanya ditulis oleh beliau yang menegaskan bahwa kita masih terjajah secara ekonomi, mari kita simak:
Bangun tidur anda minum apa? Aqua? (74% sahamnya milik Danone perusahaan Perancis) atau Teh Sariwangi (100% saham milik Unilever Inggris). Minum susu SGM (milik Sari Husada yang 82% sahamnya dikuasai NumicoBelanda). Lalu mandi pakai sabun Lux dan Pepsodent (Unilever, Inggris).
Sarapan? Berasnya beras impor dari Thailand (BULOG-pun impor), gulanya juga impor (Gulaku, Malaysia). Yang hobi merokok, dia bergaya dengan rokok Sampoerna (97% saham milik Philip Morrism. Amerika).
Keluar rumah naik motor/mobil buatan Jepang, Cina, India, Eropa tinggal pilih.Sampai kantor menyalakan AC buatan Jepang, Korea, Cina. Pakai komputer, hp (operator Indosat, XL, Telkomsel semuanya milikasing; Qatar, Singapura, Malaysia).
Mau belanja? ke Carrefour, punya Perancis. Kalo gitu ke Alfamart (75% sahamnya Carrefour). Bagaimana dengan Giant? Ini punya Dairy Farm International, Malaysia yang juga Hero. Malam-malam iseng ke Circle K dari Amerika.Ambil uang di ATM BCA, Danamon, BII, Bank Niaga, ah semuanya sudahmilik asing walaupun namanya masih Indonesia.
Bangun rumah pake semen Tiga Roda Indocement sekarang milik Heidelberg (Jerman) (61,70%). Semen Gresik milik Cemex Meksiko, Semen Cibinong punyanya Holcim (Swiss).
Subhanallah ternyata uang yang kita miliki sebagian besar kita keluarkan untuk memperkaya negara lain. Hanya sebagian kecil saja yang dinikmati oleh rakyat Indonesia.
Merdeka Secara Mental
Ada lagi bentuk kemerdekaan yang lebih penting yang perlu kita miliki, terutama sebagai seorang muslim. Mari kita belajar dari kisah para shahabat yang mulia. Dalam rangkaian peperangan umat Islam melawan Persia ada sebuah kisah yang bisa menjadi sandaran rumusan kemerdekaan Islam. Kisah tersebut terjadi saat panglima Romawi Rustum meminta kepada komandan Saad bin Abi Waqqosh mengirimkan utusannya. Saat itu Saad bin Abi waqqosh berencana mengutus beberapa utusan kepada Rustum, namun saat musyawarah muncul Rib’i bin Amir menyatakan usulannya kepada Saad.
Rib’i bin Amir berkata bahwa bangsa ‘Ajam (non Arab) memiliki tradisi mereka sendiri, kalau kita mendatangi mereka dengan jumlah banyak, mereka akan mengira bahwa kita menganggap mereka mulia. Oleh karena itu saya berpendapat bahwa cukup satu orang saja yang diutus kepada mereka. Perkataan Rib’i bin Amir ini mendapat persetujuan dari Saad bin Abi Waqqosh. Kemudian diutuslah seorang Rib’i bin Amir kepada Rustum.
Rib’i bin Amir pergi mendatangi undangan Rustum dengan menggunakan baju yang sangat sederhana sekali, sarung pedang dari balutan baju dan kuda yang kecil seolah memberi pesan kepada bang Persia bahwa harta yang kalian agung-agungkan tidak ada nilainya di sisi kami. Saat tiba di pelataran tenda Rustum, Rib’i bin Amir disuruh turun dari kudanya, bukannya turun, beliau malah terus menunggangi kudanya dan menginjak permadani yang telah dihamparkan. Saat sudah berada di hadapan Rustum beliau mengikatkan tali kudanya ke bantal yang ada di sana.
Apa yang dilakukan Rib’i bin Amir ini bukanlah tanpa sebab. Beliau melakukan hal itu dalam rangka meruntuhkan mental pasukan Persia yang begitu mengagungkan harta. Rustum bertanya kepada Rib’i bin Amir,”Risalah apa yang kalian bawa?”.
Rib’i menjawab, “Allah mengutus kami untuk mengeluarkan manusia dari penghambaan terhadap sesama hamba menuju penghambaan kepada Sang pencipta. Menyelamatkan manusia dari kezaliman atas nama isme-isme menuju keadilan yang diwujudkan oleh Islam. Membawa manusia dari sempitnya dunia menuju kelapangan dunia dan akhirat…”
Apa yang dilakukan oleh Rib’i bin Amir terhadap bangsa Persia mencerminkan kemerdekaan jiwa yang dimiliki oleh seorang muslim. Dia tidak merasa rendah di hadapan para pemuja harta, dia tidak merasa hina berhadapan dengan para penguasa, karena dia memiliki jiwa yang merdeka oleh tarbiyah Islam. Tidak hanya itu, risalah yang disampaikan Rib’i bin Amir juga melambangkan kemerdekaan itu sendiri.
Inilah yang kebanyakan menjangkiti ummat Islam saat ini. Mereka minder dengan keislaman mereka sendiri. Mereka tidak berani menampakkan jati diri keislaman mereka kepada orang lain. Berbeda jauh dengan yang ditunjukkan oleh seorang Shahabat yang mulia Rib’i bin Amir. Beliau telah berhasil merdeka secara mental. Semoga kita mampu meniru tauladan baik beliau.
Aamiin…
Sumber: Majalah Sinaran Edisi 46