Dzikir, Do’a dan Keutamaan Majlis Dzikir
Oleh: Ust. H. Sigit Sulistyo, Lc – Majelis Syuro MPAQ
Imam Ibnu Qudamah berkata dalam Mukhtashor Minhajul Qoshidin:
Ketahuilah bahwa tidak ada ibadah yang dilakukan dengan lidah setelah membaca al-Qur’an yang lebih utama daripada berdzikir (meningat dan menyebut Allah), mengangkat hajat- hajat melalui doa-doa yang ikhlas kepadaNya. Keutamaan dzikir ditunjukkan oleh firman Allah Ta’ala,
فاذكروني أذكركم
“Ingatlah kamu kepadaku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu.” (Al-Baqarah :152)
Juga firman Allah Ta’ala,
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring.” (Ali Imran :191)
Dan juga firman Allah Ta’ala,
وَالذَّاكِرِينَ الله كَثِيرًا وَالنَّاكِرَاتِ
“Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah.” (Al- Ahzab:35)
Dari Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-bahwa beliau bersabda,
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُولُ أَنَا مَعَ عَبْدِي حَيْثُمَا ذكرني وَتَحَرَّكَتْ بي شفتاه
“Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman, ‘Aku bersama hambaku selama dia mengingatku dan kedua bibirnya menyebutku.” (HR. Ahmad)
Dalam Shahih Muslim dari Nabi – shallallaahu ‘alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda,
لا يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُونَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا حَقَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَغَشِيَهُمُ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ
وذكرهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
“Tidaklah suatu kaum duduk berdzikir kepada Allah kecuali para malaikat mengelilingi mereka, rahmat memayungi mereka, ketenangan turun kepada mereka dan Allah menyebut (membanggakan) mereka di kalangan para malaikat di sisiNya.” (HR. Muslim)
Dalam hal ini terdapat hadits-hadits yang banyak yang tersebut dalam fadha’il a’mal (keutamaan-keutamaan amal). Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda,
مَا جَلَسَ قَوْمٌ مَجْلِسًا فَتَفَرَّقُوا عَلَى غَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ إِلَّا تَفَرَّقُوا عَنْ مِثْلِ جِيفَةِ الْحِمَارِ وَكَانَ ذَلِكَ المَجْلِسُ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Tidaklah suatu kaum duduk di satu majelis lalu mereka bubar tanpa berdzikir kepada Allah, kecuali mereka seperti bubar dari bangkai keledai, dan majelis tersebut adalah penyesalan bagi mereka di Hari Kiamat.” (HR. Abu Dawud).
Dalam hadits lain,
لَا يَجْلِسُ قَوْمٌ مَجْلِساً لَا يَذْكُرُوْنَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وَلَا يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا كَانَ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Tidaklah suatu kaum duduk di sebuah majelis, di mana mereka tidak berdzikir kepada Allah dab tidak bershlawat kepada Nabi, kecuali ia menjadi penyesalan bagi mereka di Hari Kiamat.” (HR. Ahmad)
Tentang keutamaan doa, Abu Hurairah meriwayatkan dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda,
ليْسَ شَيْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنْ الدُّعَاءِ
“Tidaklah ada sesuatu pun yang lebih mulia di hadapan Allah Ta’ala daripada doa” (Ibnu Majah)
أَشْرَفُ العِبَادَةِ الدُّعَاءُ
“Ibadah paling mulia adalah doa.” (Dhaif, dalam kitab Adabul Mufrod)
مَنْ لَا يَسْأَلِ اللَّهَ يَغْضَبْ عَلَيْهِ
“Barangsiapa tidak memohon kepada Allah, maka Allah marah kepadanya.” (HR. Ahmad)
Dalam hadits lain,
سَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ؛ فَإِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ أَنْ يُسْأَلَ
“Mintalah karunia kepada Allah, karena sesungguhnya Allah menyukai bila diminta.” (HR. Tirmidzi, dhaif sekali)
Sumber: Majalah Sinaran Edisi 47