
Menjaga Tegak Kehormatan Aqidah
Oleh: HM. Jatmiko, CH (Ketua Umum MPAQ)
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Seorang perempuan Yahudi sudah tua, berjalan tertatih, berdiri di depan sebuah toko roti sambil sesekali kepala dilongokkan ke jalan hingga beberapa waktu. Karena penasaran, saya beranikan diri untuk bertanya, menunggu siapa Bu ?, dia menjawab: “menunggu taksi “, lho kan sejak tadi berseliweran taksi lewat ?, Tidak.………. Saya menunggu taksi yang MILIK YAHUDI. Maka deg dalam hati aku berpikir bagaimana kuatnya AQIDAH YAHUDI dari seorang perempuan tua ini. Cerita seorang sahabat di Amerika.
Demikian juga di Indonesia, kita akan sulit mendapati seorang CINA belanja di toko seorang muslim taat, ya……… taat yang terkenal jujur, sungguh-sungguh, namun tidak terpakai ketika urusan muamalah tegak dengan bangsa Cina.
Dua kasus tadi menjadi cermin, betapa RAPUHNYA AQIDAH seorang muslim, ketika ber muamalah dengan non muslim seolah tiada batas:
- Toko-toko tempat Cina lebih disukai karena lebih murah, lebih bagus dan lain-lain. Tempat usaha bahkan tempat KULINER dari Cina dan barat lebih disukai yang ke-halal-annya tidak jelas lebih disukai daripada tempat makan milik muslim.
- Rumah sakit milik non muslim, lebih digandrungi dengan alasan-alasan klasik, lebih cepat, lebih canggih dan lain-lain, padahal rumah sakit muslim jelas lebih Islami ketika ada PENDOA muslim, nuansa muslim, dan keuntungan bagi muslim.
- Dan lain-lain.
Tentu kita perlu koreksi total, ada apa gerangan dengan AQIDAH bangsa ini ? Ya…..ini persoalan aqidah, yang di I dalam salah satu KITAB disebut HARAM hukumnya menyediakan tempat tinggal non muslim DI TEPI JALAN, apakah kita ada gerakan massif untuk itu? Tidak.
Apalagi dari segi hukum, yang jelas-jelas kafir, kita comot mentahmentah sistem KATOLIK Belanda, sehingga ketika ada PEJABAT NYURI UANG / Korupsi, yang kalau di dalam Islam di hukum cambuk, lantas kita membenarkan hukum kurungan atau penjara, apakah kemudian kita bebas dari tercerabutnya keimanan ataukah itu wujud kekafiran?
Demikian juga KEPEMIMPINAN, banyak orang yang tidak merasa keimanannya tercerabut ketika memilih pimpinan non muslim, atau minimal simpati dengan non muslim. Bagaimana aqidah orang seperti ini? kemudian dibuatlah istilah-istilah ” Lebih baik kafir tetapi TIDAK KORUPSI, daripada muslim -tetapi korupsi “, benar-benar aneh, kalau di negara dengan 87% muslim lantas ada muslim yang tertangkap tangan karena korupsi, kalau dibandingkan dengan pejabat non muslim 1:8 saja masih wajar, apalagi ini hanya 1: 2 atau 1: bagaimana aqidahnya orang-orang seperti ini.
Dan lain-lain masalah yang terkait dengan WALA’/ loyalitas dan BARO’ / berlepas diri. Lantaran sistem demokrasi yang tidak ada di PANCASILA, lantas segala orang sepadan tanpa memandang ras, agama, suku, adat istiadat. Tanpa memandang kenyataan di Amerika yang presiden mesti Nasrani karena mayoritas mereka. Demikian juga di negara-negara Eropa, sedang di Indonesia, seorang Cina / minoritas, yang beragama non Islam / minoritas, berani BLUSUKAN di pesantren dengan menebar RECEHAN beberapa Milyard mendapat karpet merah dihormati bag seorang kyai, diciumi tangannya atas prakarsa pimpinan ormas besar. Bagaimana aqidah orang-orang seperti ini?
AQIDAH memang menjadi unsur utama dan pertama,
- Kepercayaan kepada Allah, dzat yang maha segalanya, yang memiliki sifat rububiyah, uluhiyah dan asma yang agung, tidak bisa kemudian dibatasi hanya memiliki asma 7, atau 13 atau 20, sedang sifatnya di hadits shoheh ada 99, mestinya nama lebih banyak dari sifat. Yang kalau kita agungkan, dan tentu harus kita percayai 100 % akan menjadikan kesejahteraan hidup kita, semisal Allah MAHA PEMBERI REZEKI, gambarannya seperti burung saja rezekinya cukup, mana mungkin kita manusia punya dua tangan dan kaki, seperti merasa kurang terus, maka dimana letak AQIDAH kita ?, bayangkan kalau AQIDAH KUAT dan kita merasa Allah pemberi rezeki, maka keadaan apapun akan tetap menjadikan kita tenang, diberi sedikit tenang, diberi banyak tidak congkak dan boros. Itu kalau aqidah kuat, dan tentu saja akan menetas pada sikap tidak mudah belanja di non muslim, tidak mudah memberi iuran di rumah sakit non muslim dan seterusnya.
- Kepercayaan kepada Malaikat, makhluk Allah yang tidak dijanjikan surga dan tidak mendapat fasilitas dunia karena tidak memiliki hawa nafsu, yang kerjanya hanya bertasbih / berdzikir dan patuh kepada segala perintah-Nya. Makhluk yang demikian luar biasa, wajib kita yakini dan tentu kita akan berusaha sesempurna mungkin meniru kebaikannya.
- Kepercayaan kepada para Rasul, dan khususnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, yang lantaran perjuangannya yang dahsyat dengan mukjizat AlQur’an telah mengantarkan kita hidup di zaman terang benderang, maka contohlah peri kehidupannya ( baik dalam aqidah, ibadah, muamalah, siyasah /politik dan lain-lain).
- Kepercayaan kepada kitab-kitab Allah, tentu saja AL QURAN utamanya, mukjizat Rasulullah yang jika membacanya saja pahala sudah menggunung, apalagi mempraktekkan dalam hidup keseharian, yang kalau kita paham tidak akan mungkin kita menjalani bid’ah dalam ibadah, menjalani hidup SEKULER untuk urusan dunia, karena di Al Qur’an sudah tertuang dengan sangat jelas.
- Sampai urusan KEPERCAYAAN KEPADA TAKDIR SERTA QODLO DAN QODAR, cobalah teliti sikap hidup kita terhadap hal-hal YANG SUDAH TERJADI, adakah ke pasrahan sebagai sikap mempercayai takdir ?, dan terhadap kehidupan yang belum terjadi, adakah keoptimisan hidup sebagai cerminan mempercayai takdir ?, adakah kepercayaan terhadap Qodlo dan Qodar di perikehidupan kita?
MAKA, kuatkanlah Aqidah kita, dengan cara sederhana, Kaji Al Qur’an dengan tuntunan ulama warotsatul anbiya’/ ulama pewaris Nabi, bukan tukang khutbah yang mengajak bercanda dalam setiap acara, tekuni arti ayat per ayat, karena 80 % isi kandungan Al Qur’an adalah AQIDAH.
Dengan cara itu kita akan gagah melangkah di dunia ini, dengan sikap hidup yang berciri aqidah kuat, sederhana, suka menolong tanpa membedakan SARA, birrul waalidain, rajin menuntut ilmu syariah, memperjuangkan berlakunya sistem syari’ah di seluruh bidang kehidupan, menyelesaikan masalah-masalah FARDLU KIFAYAH dengan berjamaah, optimis, tanggung jawab memegang amanat di kehidupannya, membentuk keluarga harmonis dengan anak-anak dan istri-istrinya, selalu beramal sholeh, rajín sholat jamaah 5 waktu di masjid, rajin sholat sunnah dan puasa sunnah, berdzikir sepanjang waktu, mu da h bersholawat dan lain-lain.
Betapa KERENNYA orang yang ber AQIDAH KUAT, dan tercermin dengan sikap hidup diatas.
Sumber: Majalah Sinaran Edisi 50