Musibah Terbesar Bagi Manusia
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ
اللهُ فَل مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ،
وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً
وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا أَمَّا بَعْدُ
فَإِنَّ أَصْدَقَ الحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَ خَيْرَ الهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍوَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ َوكُلَّ
بِدْعَةٍضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِى النَّارِ
Semua orang yakin bahwa hidup di dunia hanya sementara, sedangkan akhirat adalah tempat kembali. Tetapi banyak orang yang tidak sadar akan kehidupan yang akan di jalani nantinya. Padahal waktu terus berjalan seiirng perjalanan hidup seseorang menuju kematiannya. Bergantinya hari ke hari, bulan ke bulan dan tahun ke tahun akan mendekatkannya pada saat yang telah ditetapkan yaitu kematian.
Benarlah perkataan seorang tabiin,
Hasan Al Basri:
كلها ابن آدم انما انت ايام كلما ذهب يوم ذهب بعضك
Wahai manusia, sesungguhnya kalian hanyalah sekumpulan hari. Tatkala satu hari itu hilang, maka akan hilang pula sebagian dari dirimu.
Memang dunia dan kemewahannya bukanlah sesuatu yang harus dijauhi. Namun dunia bisa menjadi penghalang untuk sampai kepada Allah. Harta pada dasarnya bukanlah sesuatu yang dibenci. Namun, harta itu tercela jika melalaikan dari mengingat Allah. Betapa banyak kaum muslimin yang tertipu dengan gemerlapnya dunia sehingga lupa akan tujuan penciptaannya. Mereka kumpulkan harta siang dan malam hingga meninggalkan kewajiban agamanya. Dia bangun rumah yang megah, kendaraan yang mewah, dan popularitas serta kedudukan yang tinggi di hadapan manusia. Sementara mereka lupa akan infaq dan sedekah serta beramal sholeh lainnya, padahal hanya dengan cara itulah mendapatkan kedudukan yang mulia di hadapan Allah ta’ala.
Ironisnya, mereka tidak menyadari hal tersebut dan ketika mereka ditanya,” apakah yang kalian inginkan, dunia ataukah akhirat? Serentak menjawab,” Kami menginginkan akhirat!” Padahal amalan mereka menjadi saksi atas kedustaan ucapannya tersebut.
Musibah terbesar yang menimpa seseorang adalah kelalaiannya tentang hakikat ini. Kelalaian tentang hakikat dunia sebenarnya. Jika Allah memberi nikmat kepada kita sehingga bisa memahami hakikat dunia ini, yaitu bahwa dunia adalah negeri yang asing, negeri yang penuh ujian, negeri tempat berusaha, negeri yang sementara dan tidak kekal, niscaya hati kita akan menjadi sehat. Adapun jika kita lalai tentang hakikat ini, maka kematian dapat menimpa hati kita.
Diantara hakikat dunia yang disebutkan dalam Al Qur’an dan As Sunnah adalah:
Pertama, dunia adalah kesenangan yang menipu.
Yaitu kesenangan yang hilang saat ajal menjemput. Kesenangan yang tidak abadi dan hanya bersifat sementara, hal ini sebagaimana firman Allah ta’ala:
Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS. Al Hadid : 20)
Imam Ibnu Katsir berkata,”Dunia adalah kesenangan yang fana dan menipu. Bagi siapa yang cenderung kepadanya maka dia tertipu dan ta’jub dengannya, sampai dia berkeyakinan tidak ada tempat tingal selainnya dan tidak ada tempat kembali setelahnya. Padahal dunia adalah hina dan rendah dibandingkan negeri akhirat. Bahkan Rasulullah Shalallahu’alahi wasalam bersabda dalam hadistnya:
Dunia itu terlaknat dan segala yang terkandung di dalamnya pun terlaknat, kecuali orang yang berdzikir kepada Allah, yang melakukan ketaatan kepadaNya, seorang alim atau penuntut ilmu syar’i.
Perlu kiranya kita merenungkan hadits ini dengan seksama, di golongan manakah kita berada? Apakah kita termasuk golongan yang mendapat rahmat dan dijauhkan dari laknat ataukah sebaliknya diri kita justru termasuk orang-orang yang mendapat laknat, menjadi budak dunia dikarenakan sebagian besar aktivitas kita atau bahkan seluruhnya hanya bertujuan untuk meraih kenikmatan dunia yang fana ini?
Rasulullah sangat mencela orang-orang yang tunduk pada dunia dan semata-mata tujuan hidupnya adalah mencari dunia dalam sabda beliau :
ﺗَﻌِﺲَ ﻋَﺒْﺪُ ﺍﻟﺪِّﻳْﻨَﺎﺭِ ﺗَﻌِﺲَ ﻋَﺒْﺪُ ﺍﻟﺪِّﺭْﻫَﻢِ، ﺗَﻌِﺲَ ﻋَﺒْﺪُ ﺍﻟْﺨَﻤِﻴْﺼَﺔِ ﺗَﻌِﺲَ ﻋَﺒْﺪُ ﺍﻟْﺨَﻤِﻴْﻠَﺔِ ﺇِﻥْ ﺃُﻋْﻄِﻲَ ﺭَﺿِﻲَ ﻭَﺇِﻥْ ﻟَﻢْ ﻳُﻌْﻂَ ﺳَﺨِﻂَ
“Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba khamisah dan khamilah (sejenis pakaian yang terbuat dari wool/sutera). Jika diberi ia senang, tetapi jika tidak diberi ia marah”. (HR. Bukhari).
Inilah celaan beliau kepada orang yang kesehariannya menjadi budak harta dan berbagai kesenangan dunia. Renungkanlah dengan penuh kejujuran dan jawablah di golongan manakah kita berada? Apakah kita termasuk orang yang menjadi budak dunia ataukah orang yang tujuan hidupnya adalah beribadah kepada Allah? Renungkanlah sekali lagi hal ini!
Kedua, dunia adalah surganya orang kafir dan penjaranya orang beriman
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits :
Dari Ibnu Umar RA, bahwasanya Nabi Muhammad SAW bersabda,” Dunia itu penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir.
Imam An Nawawi menjelaskan: Maknanya bahwa setiap mukmin itu di penjara dan dilarang di dunia dari kesenangan -kesenangan dan syahwat syahwatnya yang diharamkan dan dibenci. Dia dibebani untuk melakukan ketaatan yang terasa berat. Jika dia meninggal, dia akan beristirahat dari semua ini. Dan dia akan berbalik kepada apa yang dijanjikan Allah berupa kenikmatan abadi dan kelapangan yang bersih dari cacat.
Sedangkan orang kafir, dia hanya akan mendapatkan dari kesenangan dunia yang dia peroleh, yang jumlahnya sedikit dan bercampur dengan kesusahan dan penderitaan. Dan bila dia telah mati, dia akan pergi menuju siksaan yang abadi dan penderitaan yang selama-lamanya.
Bukan berarti orang yang beriman tidak boleh kaya, memiliki kendaraan yang bagus, dan juga rumah yang indah. Akan tetapi, kenikmatan seorang mukmin di dunia jika dibandingkan Surga di akhirat sangat jauh sekali. Seakan-akan dunia ini adalah penjara bila dibandingkan Surga di akhirat.
Sedangkan orang kafir, walaupun mereka menjadi orang yang paling miskin sekalipun, mereka tetap menjadikan dunia ini menjadi Surganya jika dibandingkan dengan siksa yang pedih di akhirat. Maka alangkah indahnya orang mukmin, karena menjadi betapapun berat dalam menghadapi dunia, dia tetap mengharapkan indahnya Surga di akhirat. Dan sungguh celaka orang kafir karena kenikmatan dunia ini hanya akan mereka rasakan sesaat, sementara Neraka telah menantinya.
Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah!
Kaitkanlah hati kita dengan akhirat Saudaraku, jangan jadikan hati kita terkait dengan dunia, jangan sampai dunia masuk ke dalam hati dan bercokol di dalamnya, teladanilah generasi terbaik umat ini, mereka menggenggam dunia, namun cukup sampai di situ dan tidak merasuk ke dalam hati. Maka jadilah mereka generasi yang mencurahkan segenap jiwa raganya untuk kehidupan akhirat, dunia sebatas digenggaman mereka sehingga mudah dilepaskan, mudah untuk diinfaqkan di jalan Allah. Adapun kita wahai kaum Muslimin, aina nahnu min haa ulaai (dimanakan kedudukan kita jika dibandingkan mereka)? Di mana ?! tentu sangat jauh dari mereka !
Oleh karena itu wajib bagi kita untuk merenungi apakah tujuan kita diciptakan di dunia ini. Sangat mengherankan jika seorang muslim telah mengetahui tujuan penciptaannya kemudian lalai dari hal tersebut, bukankah inilah puncak kedunguan?
Sekali lagi, mari kita senantiasa mengaitkan amalan kita dengan akhirat, jika anda termasuk orang yang mempelajari ilmu dunia, maka niatkanlah untuk akhirat, niatkanlah bahwa dirimu dengan ilmu tersebut akan membantu kebangkitan kaum muslimin. Jika anda seorang pengajar, dosen atau semisalnya, maka niatkanlah aktivitas mengajar anda untuk akhirat dan kebangkitan kaum muslimin, demikian juga seluruh profesi, maka niatkanlah untuk akhirat.
Namun apabila niat Anda justru sebaliknya, Anda belajar, mengajarkan ilmu dunia, berbisnis dan melakukan aktivitas dunia lainnya hanya sekedar untuk mendapatkan dunia, maka Anda telah merugi karena telah melewatkan keuntungan yang amat banyak dan janganlah Anda mencela kecuali diri Anda sendiri.
Rasulullah mengajarkan doa kepada kita :
Ya Allah, janganlah Engkau jadikan musibah dalam urusan agama kami, dan jangan pula Engkau jadikan dunia ini adalah tujuan terbesar dan puncak dari ilmu kami.”
Demikianlah khutbah yang kami sampaikan. Kurang lebihnya kami mohon maaf. Jika benar datangnya dari Allah ta’ala, dan jika ada salahnya datangnya dari godaan setan.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ
إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ،
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ
بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا
عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ،
اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا
ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا
مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى
اللهمّ أحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ
وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ